Jumat, 08 Oktober 2010

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI

BAB IV PERENCANAAN SISTEM JARINGAN IRIGASI

4.1. Teori Dasar
            Jaringan irigasi terdiri dari petak-petak tersier, sekunder dan primer yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran pembuang terdapat juga bangunan utama, bangunan pelengkap, yang dilengkapi keterangan nama luas dan debit.
            Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi. Sedangkan kumpulan petak irigasi yang merupakan satu kesatuan yang mendapat air irigasi melalui saluran tersier yang sama disebut petak tersier. Petak tersier menduduki menduduki fungsi sentral, luasnya sekitar 50-100 Ha, kadang-kadang sampai 150 Ha. Pemberian air pada petak tersier diserahkan pada petani. Jaringan yang mengalirkan air ke sawah disebut saluran tersier dan kuarter.
            Untuk membawa air dari sumbernya hingga ke petak sawah diperlukan saluran pembawa. Saluran-saluran ini terdiri dari saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Dengan saluran pembuang, air tidak tergenang pada petak sawah sehingga tidak berakibat buruk. Kelebihan air ditampung  dalam suatu saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.
            Jaringan irigasi dengan pembuang dipisahkan sehingga keduanya berjalan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalam hal-hal khusus dibuat sistem tabungan saluran  pembawa dan pembuang. Keuntungan sistem gabungan adalah pemanfaatan air lebih ekonomis dan biaya lebih murah. Kelemahannya adalah saluran semacam ini lebih sulit diatur dan dieksploitasi, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian air yang tidak merata.
            Saluran-saluran dapat dilengkapi bermacam-macam bangunan yang berfungsi untuk mempermudah pengaturan air yang berada pada saluran yang lebih kecil atau pada petak sawah.
            Pada jaringan irigasi terdapat bangunan-bangunan pelengkap yang terdiri dari :
  1. Tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir. Biasanya dibangun disepanjang tepi sungai sebelah hulu bendung atau sepanjang saluran primer.
  2. Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (pada sipon atau gorong-gorong)
  3. jembatan dan jalan penghubung dari desa untuk keperluan penduduk.
Selain bagunan utama dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang terdiri dari bangunan bagi, sadap, bagi sadap, bangunan terjun, talang, got miring.
Sebelum diambil keputusan, terlebih dahulu dicek apakah apakah daerah ini tidak mungkin diari selamanya atau hanya untuk sementara saja. Jika sudah pasti tidak bisa ditanami, daerah ditandai pada peta. Daerah semacam ini dapat digunakan sebagai pemukiman, pedesaan, dan daerah lai selain persawahan/perkebunan.
Dalam pembagian petak tersier dan kuarter harus diperhatikan keadaan lapangan dan batas-batas alam yang ada misalnya saluran-saluran lama, sungai, jalan raya, kereta api dan sebagainya. Perencanaan jaringan irigasi mempertimbangkan faktor-faktor seperti medan lapangan, ketersediaan air dan lain-lain. Sebelum merencanakan suatu daerah irigasi terlebih dahulu harus diadakan penyelidikan mengenai jenis-jenis tanah pertanian yang akan dikembangkan, bagian yang akan dilewati jaringan irigasi (kontur, sungai, desa, dan lainnya). Keseluruhan proses tersebut harus mempertimbangkan faktor ekonomis dan dampak setelah serta sebelum pelaksanaan proyek.
Dasar tiap-tiap sistem adalah membawa air irigasi ke tempat yang mungkin diairi. Daerah yang tidak dapat diari dapat digunakan sebagai daerah non persawahan misalnya perumaha. Sistem yang direncanakan harus mudah dimengerti dan memperhatikan faktor pemberian air  serta pemanfaatan daerah yang lebih efektif. Data yang dibutuhkan untuk daerah perencanaan daerah irigasi adalah keadaan topografi, gambaran perencanaan atau  pelaksanaan jaringan utama, kondisi hidrometeorologi untuk menentukan kebutuhan air irigasi atau pembuangan, serta daerah-daerah tergenang atau kering.
Saluran irigasi direncanakan dengan mempertimbangkan garis kontur, sistem irigasi menggunakan sistem grafitasi, yaitu air mengalir karena gaya tarik bumi dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sebagai contoh, saluran pembawa biasanya dibuat sejajar searah dengan kontur yang akan mengalirkan air dari puncak bagian atas menuju ke bawah melalui lembah kontur.
4.2. Gambaran Daerah Rencana  
            Sistem jaringan irigasi yang akan direncanakan digambar terlebih dahulu. Hal penting dalam penggambaran adalah pengetahuan tentang peta. Degan pertolongan peta dapat diketahui daerah irigasi rencana, letak tempat-tempat, jalan kereta, aliran sungai dan lain-lain. Tahapan dalam perencanaan adalah pendahuluan dan tahap perencanaan akhir.
            Dalam peta tergambar garis kontur daerah ini. Dari garis kontur terlihat bahwa topografi daerah tidak terlalu datar. Pada beberapa daerah terdapat cekungan-cekungan  dan bukit-bukit. Elevasi tertinggi adalah 110 dan elevasi terendah adalah 92,5. Pada daerah ini terdapat satu sungai besar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air pada daerah irigasi. Daerah tepi sungai adalah daerah yang potensial untuk daerah persawahan sehingga darah ini sebagian besar digunakan untuk petak tersier. Jenis tanah daerah ini adalah loam yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.
            Petak yang diambil sebagai percontohan adalah petak tersier. Petak ini kemudian  digambar detail dengan skala 1 : 2500.
4.3. Lay Out Jaringan Irigasi
            Lay Out jaringan irigasi adalah suatu cara yang membedakan bagian-bagian yang terdapat dalam irigasi bentuknya serupa Lay Out Map. Lay Out Map berisi skema jaringan irigasi. Tujuan pembuatan skema jaringan irigasi adalah mengetahui jaringan irigasi, bangunan irigasi, serta daerah-daerah yang diairi meliputi luas, nama dan debit.
  1. Bangunan utama (head work)
  2. Sistyem saluran pembawa (irigasi)
  3. Sistem saluran pembuang (drainase)
  4. Primer unit, sekunder unit, tersier unit.
  5. Lokasi bangunan irigasi
  6. Sistem jalan
  7. Non irigated area (lading)
  8. Non irigatable area (tidak dapat dialiri)
  9.  Misalnya :
    1. daerah dataran tinggi
    2. rawa (daerah yang tergenang)

Saluran pembawa adalah saluran yang membawah air irigasi dari bangunan utama ke petak-petak sawah. Ada empat macam saluran pembawa, yaitu saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter.
            Prinsip pembuatan saluran primer adalah direncanakan bedasarkan titik elevasi tertinggi dari daerah yang dapat dialiri. Jika daerah yang dialiri diapit oleh dua buah sungai, maka saluran dibuat mengikuti garis prmisah air. Saluran sekunder direncanakan melalui punggung kontur.
            Selain saluran pembawa, pada daerah irigasi harus terdapat saluran pembuang. Saluran pembuang dibuat untuk menampung buangan (kelebihan) air dari petak sawah. Sistem pembuangan ini disebut sistem drainase. Tujuan sistem  drainase adalah mengeringkan sawah, membuang kelebihan air hujan, dan membuang kelebihan air irigasi. Saluran pembuangan di buat di lembah kontur.

Tata warna peta adalah :
§  Biru untuk jaringan irigasi
§  Merah untuk jaringan pembuang
§  Cokelat untuk jaringan jalan
§  Kuning untuk daerah yang tidak dialiri
§  Hijau untuk perbatasan Kabupaten, Kecamatan, desa dan kampung
§  Merah untuk tata nama bangunan
§  Hitam untuk jalan kereta api
Skala Lay Out Map
  • General Lay Out Map dan Topographic map adalah 1 : 5000
  • Skema irigasi adalah 1 : 10000
  • Skema unti tersier adalah 1 : 5000 atau 1 : 2000
Standarisasi jaringan ukuran gravitasi :
  • Ukuran petak tersier 50 – 100 Ha
  • Ukuran petak kuartier adalah 8 – 15 Ha
  • Panjang saluran tersier adalah 1500 km
  • Panjang saluran kuartier adalah 500 km
  • Jarak saluran kuartier ke pembangan adalah 300 km
Dasar perencanaan lahan untuk jaringan irigasi adalah unit tersier. Petak tersier adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi yang mendapatkan air irigasi dari suatu bangunan sadap tersier dan dilayani suatu suatu jaringan tersier. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan Lay Out tersier adalah :
1.      Luas petak tersier
2.      Batas-batas petak
3.      Bentuk yang optimal
4.      Kondisi medan
5.      Jaringan irigasi yang ada
6.      Eksploitasi jaringan
Batas-batas untuk perencanaan lahan untuk daerah irigasi
  1. Batas alam
    • Topografi (puncak gunung)
    • Sungai
    • Lembah

  1. Batas Administrasi
Untuk perencanaan detail jaringan pembawa dan pembuang diperlukan peta topografi yang akurat dan bisa menunjukkan gambarangambaran muka tanah yang ada. Peta topografi tersebut bisa dieroleh dari hasil pengukura topografi atau dari foto udara. Peta teesebut mencakup informasi yang berhubungan dengan :
  • Garis kontur dengan interval
  • Batas petak yang akan dicat
  • Tata guna tanah, saluran pembuang dan jalan yang sudah ada serta bangunannya
  • Tata guna tanah administratif
Garis kontur pada peta menggambarkan medan daerah yang akan direncanakan. Topografi suatu daerah akan menentukan Lay 0ut serta konfigurasi yang paling efektif untuk saluran pembawa atau saluran pembuang. Dari kebanyakan tipe medan Lay Out yang cocok digambarkan secara sistematis. Tiap peta tersier yang direncanakan terpisah agar sesuai dengan batas alam dan topografi. Dalam banyak hal biasanya dibuat beberapa konfigurasi Lay Out jaringan irigasi dan pembuang.
Klasifikasi tipe medan sehubungan dengan perencanaan daerah irigasi :
  1. medan terjal kemiringan tanah 2 %
 medan terjal dimasna tanahnya sedikit mengandung lempun rawan erosi karena aliran yang tidak terkendali. Erosi terjadi jika kecepatan air pada saluran lebih batas ijin.hal ini menyebabkan berkurangnya debit air yang lewat, sehingga luas daerah yng dialiri berkurang. Lay Out untuk daerah semacam ini dibuat
dengan dua alternatif .
kemiringan tercuram dijumpai dilereng hilir satuan primer. Sepasang saluran tersier menggambil air dari saluran primer di kedua sisi saluran sekunder.
Saluran tersier pararel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi, melalui boks bagi kedua sisinya.
  1. medan gelombang, kemiringan 0,25-2,3%
kebanyakan petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang akan merupakan batas petak tersier pada suatu sisi. Batas untuk sisi yang lainnya adalah saluran primer. Jika batas-batas alam atau desa tidak ada, batas alam bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang. Umumnya saluran yang mengikuti lereng adalah saluran tersier. Biasanya saluran tanah dengan bangunan terjun di tempat-tempat tertentu. Saluran kuarter akan memotong lereng tanpa bangunan terjun dan akan memberikan air karena bawah lereng. Kemungkinan juga untuk memberikan air ke arah melintang dari sawah satu ke sawah yang lain.
  1. Medan berombak, kemiringan tanahnya 0,25-2% umumnya kurang dari 1%
Saluran tersier diatur letaknya di kaki bukit dan memberikan air dari salah satu sisi. Saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari kedua sisi saluran kuarter yang mungkin mengalir ke bawah punggung medan. Saluran pembuang umumnya merupakan saluran pembuang alami yang letaknya cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alami biasanya akan dilengkapi sistem punggung medan dan sistem medan. Situasi dimana saluran irigasi harus melewati saluran pembuang sebaiknya harus dihindari.
  1. medan sangat datar, kemiringan tanah 0,25%
bentuk petak irigasi direncanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Ø  Bentuk petak sedapat mungkin sama lebar dan sama panjang karena bentuk yang memanjang harus dibuat saluran tersier yang panjang akan menyulitkan pemeriksaan pemberian air dan pemeliharaan juga menyebabkan banyaknya air yang hilang karena rembesan ke dalam tanah dan bocoran keluar saluran.
Ø  Petak yang panjang dengan saluran tersier ditengah-tengah petak tidak memberi cukup kesempatan pada air untuk meresap kedalam tanah karena jarak pengangkut yang terlalu pendek.
Ø  Tiap petak yang dibuat harus diberi batas nyata dan tegas agar tidak terjadi keraguan dalam pemberian air.
Ø  Tiap bidang tanah dalam petak harus mudah menerima dan membuang air yang sudah tidak berguna lagi.
Ø  Letak petak berdekatan dengan tempat-tempat pintu pengambilan. Maksudnya agar pemeriksaan pemberian air pada intake tersier mudah dijalani petugas.

Di beberapa petak tersier ada bagian-bagian yang tidak diairi karena berbagai alasan, misalnya :
                    Jenis tanah tidak cocok untuk pertanian
                    Elevasi tanah terlalu tinggi
                    Tidak ada petani penggarap
                    Tergenang air
                  Daerah semacam ini ditandai dengan warna kuning.
Kecocokan tanah di seluruh daerah dipelajari dan dibuat rencana secara
                  optimal sehingga dapat diputuskan bentuk jaringan tersiernya. 
4.3.1. Keadaan Topografi
      Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang, diperlukan peta topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Untuk masing-masing jaringan irigasi dan digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.
      Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode terestris) atau dari foto udara (peta ortofoto). Peta-peta ini harus mencakup informasi yang berkenaan dengan :
  • Garis-garis kontur
  • Batas-batas petak sawah
  • Tata guna lahan
  • Saluran irigasi, pembuang dan jalan-jalan yang ada beserta bangunannya
  • Batas-batas administratif (desa, kampung)
  • Rawa dan kuburan
  • Bangunan

Skala peta dan interval garis-garis kontur bergantung kepada keadaan topografi :
Tabel definisi Medan untuk Topografi Makro
Kontur Medan
Kemiringan Medan
Skala
Interval
Sangat Datar
<0,25 %
1: 5000
0,25
Datar
0,25 - 1,0 %
1 : 5000
0,5
Bergelombang
1 - 2 %
1 : 2000
0,5
Terjal
>2 %
1 : 2000
1,0

Selain itu juga akan diperhatikan kerapatan atau densitas titik-titik di petak-petak sawah agar arah aliran antar petak dapat ditentukan.
Peta ikhtisar harus disiapkan dengan skala 1 : 25000 dengan lay out jaringan utama dimana petak tersier terletak. Peta ini harus mencakup trase saluran pembuang, batas-batas petak tersier dan sebagainya. Untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai pengukuran dan pemetaan, lihat persyaratan teknis untuk Pemetaan Terestris dan pemetaan ortofoto.

4.3.2. Gambar-gambar Perencanaan Jaringan yang ada ( As Built drawing)
Di daerah-daerah yang sudah ada fasilitas irigasinya, diperlukan data-data perencanaan yang berhubungan dengan daerah-daerah irigasi, kapasitas saluran irigasi dan muka air maksimum dari saluran-saluran yang ada dan gambar-gambar purbalaksanan (kalau ada), untuk menentukan tinggi muka air dan debit rencana.
Jika data-data ini tak tersedia, maka untuk menentukan tinggi muka air rencana pada pintu sadap dan elevasi bangunan sadap lainnya harus dilaksanakan pengukuran.

4.4. Skema Sistem Jaringan Irigasi
Skema jaringan irigasi merupakan penyederhanaan dari tata letak jaringan irigasi yang menunjukkan letak bangunan irigasi yang penting. Skema jaringan irigasi mempertimbangkan hal sebagai berikut :
·         Saluarn primer, sekunder dan bangunan sadap menuju saluran tersier digambar terlebih dahulu dengan lambang sesuai ketentuan.
·         Tiap ruas saluran diantara saluran menunjukkan luas daerah yang diairi. Panjang saluran disesuaikan dengan panjang sesungguhnya dan kapasitasnya.
·         Tiap bangunan sadap diberi nama bangunan, luas, kapasitas bangunan serta saluran yang akan diari.
·         Lokasi dan nama pembendung air ditulis.
·         Arah aliran sungai ditunjukkan.
·         Ditulis juga nama bangunan pelengkap serta bangunan kontrol lainnya.

4.5. Petak Tersier Percontohan
Perencanaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian sehingga pengelolaan air dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil perencanaan yang baik prlu diperhatikan hal sebagai berikut :

4.5.1. Petak Tersier Ideal
Petak tersier ideal adalah petak yang masing-masing pemilik sawahnya memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan pembuang. Para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan mesin atau ternaknya dari dan kesawah melalui jalan petani yang ada.

4.5.2. Ukuran Petak Tersier dan Kuarter
Ukuran optimum suatu petak tersier adalah 50-100 ha. Ukuran ini dapat ditambah sehingga 15 ha, jika keadaan topogrfi memaksa. Di petak tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan lebih tinggi karena :
·         Diperlukan titik pembagi yang lebih
·         Saluran-saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang kecil
·         Lebih sedikit petani yang terlibat kerja sama lebih baik
·         Pengaturan air yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman
·         Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa

Kriteria umum untuk pengembangan petak tersier :
Ukuran petak tersier                                                      : 5-100 hektar
Ukuran petak kuarter                                                     : 8-15 hektar
Panjang saluran tersier                                                  : 1500 meter
Panjang saluarn kuarter                                                 : 500 meter
Jarak antara saluran kuarter dan pembuang                  : 300 meter

4.5.3. Batas Petak
Batas berdasarkan pada kondisi topografi. Daerah itu hendaknya diatur sebaik mungkin, sedemikian hingga satu petak tersier terletak dalam satu daerah administrative desa agar eksploitasi dan pemeliharaan jaringan lebih baik.

Axl: Dokumen dari hasil kuliah di Universitas Jember ketika ada tugas Jaringan Irigasi
Jika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas maka dianjurkan untuk membagi petak-petak tersebut menjadi dua petak subtersier yang berdampingan sesuai dengan daerah desa masing-masing.
Batas-batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi serta pembuangan kuarter yang memotong kemiringan medan. Jika mungkin batas ini bertepatan dengan batas-batas hak milik tanah.

3 komentar:

  1. mantab gan. ijin ngeresum artikelnya gan.. buat literatur skripsi

    BalasHapus
  2. Mohon publikasikan gambar skema jaringan untuk kewenangan seluruh provinsi Sumut. Thanks

    BalasHapus