Jumat, 08 Oktober 2010

BAB II TEORI DASAR KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BAB II TEORI DASAR KEBUTUHAN AIR IRIGASI


2.1. UMUM
      Kebututuhan air meliputi masalah persediaan air, baik air permukaan maupun air bawah tanah, begitu pula masalah manajemen dan ekonomi proyek irigasi. Kebutuhan air telah menjadi faktor yang sangat penting dalam memilih keputusan tentang perbedaan pendapat dalam sistem sungai utama dimana kesejahteraan masyarakat dari lembah, negara, dan bangsa tercakup. Sebelum sumber air dari suatu daerah aliran di daerah kering dan setengah kering dapat ditentukan secara memuaskan, pertimbangan yang hati-hati harus dicurahkan kepada kebutuhan air (consumptive use) pada berbagai sub aliran.

2.2. EVAPORASI
      Evaporasi adalah suatu proses perubahan air menjadi uap air. Laju evaporasi dipengaruhi oleh lamanya penyinaran matahari, angin, kelembapan udara, dan lain-lain. Evaporasi meliputi perpindahan massa fluida dari permukaan fluida kedalam atmosfir dan sesuai dengan hal itu akan diharapkan mengikuti hukum penyebaran massa seperti dibahas dalam pasal 1.5. sehingga persamaan dasar diharapkan adalah dalam bentuk:
E= -k
Dimana E adalah besarnya evaporasi , e adalah tekanan uap ( menunjukkan pemusatan massa fluida dalam udara),  z adalah jarak tegak dan k adalah koefisien perpindahan. Kecuali kasus yang jarang tentang  keadaan atmosfir yang sangat stabil  dibawah mana tidak terdapat turbulensi, koefisien perpindahan tergantung dari keadaan atmosfir, seperti kecepatan angin, tekanan, energi dari matahari, kepekaan dengan mana air tersebut dipanaskan, dan lain-lain. Tekanan uap tergantung dari temperatur kelembaban relative dan kadar garam. Bentuk yang paling sederhana dari persamaan diatas yang bisa disebut hukum Dalton.
E= k
Dimana ew adalah tekanan uap basah sehubungan dengan temperatur permukaan air, ea adalah tekanan uap dari udara diatas permukaan air dan  adalah ketebalan dari lapisan film yang tipis pada permukaan diatas mana tekanan uap diharapkan berubah dari ew ke e. sering diserap kedalam koefisien perpindahan untuk menyatakan.
E= b
Kesulitan yang praktis terletak dalam penentuan faktor b. Percobaan terkendali (model) dengan menggunakan standart panci evaporasi biasanya berdaya guna untuk menetapkan persamaan diatas dari segi keadan atmosfir. Panci yang diisi dengan air didirikan diatas tanah atau pada permukaan waduk dan perubahan ketinggian pada panci diukur dengan teratur secara bersama-sama denga kecepatan angin, temperatur atmosfir dan temperatur air. Bentuk yang telah diubah dari beberapa hasil yang diperoleh dari percobaan panci dinyatakan dalam daftar dibawah ini.
(1)   Diusulkan o leh Morton
E= 42.4(0.6+0.1)
(2)   Diusulkan oleh Rohwer
E= 0.0771(1.465-0.000733p)(0.44+0.118m)
(3)   Diusulkan oleh Horton
E= 0.04[{2-exp(0.2m)}]
(4)   Rumus lainnya (Penman)
E= 0.035(1+0.24)(padang rumput)
Dan
E= 0.050(1+0.24)(dari permukaan air)
Dalam semua uraian, E diukur dalam  cm per hari, m adalah kecepatan angin dalam mil per jam dalam ketinggian disekeliling panci, p adalah tinggi tekanan atmosfer dalam m merkuri,   berturut-turut adalah tekanan uap air dalam permukaan dan tekanan udara dalam mm merkuri, dan adalah tekanan uap air pada titik embun juga dalam mm merkuri,  dalam rumus Penman adalah tekanan uap air jenuh sehubungan dengan temperatur udara.
      Kepercayaan pada rumus evaporasi panci untuk menentukan evaporasi dari volume air alami yang besar, dibatasi oleh banyak faktor, diantaranya adalah: (1) kenyataan bahwa perpindahan panas dari suatu volume air yang kecil pada panci tertentu adalah berbeda dari suatu volume air yang besar (kira-kira 0.7 untuk panci tanah dan 0.8 untuk panci terapung) biasanya diperkenalkan apabila rumus panci digunakan pada volume air yang sedang dan besar; (2) sifat dan ukuran dari permukaan yang terbuka yang mempunyai pengaruh yang berarti pada bersanya evaporasi. Besarnya evaporasi tidak dapat sebanding dengan luas panci untuk sisi dinding, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain; (3) pengaruh gelombang, riak dan gangguan-gangguan lainnya yang mempengaruhi perlapisan panas dan ketidak stabilan berat jenis; (4) perbedaan dalam ketinggian, pada kecepatan angin, temperatur dan jumlah atmosfer lainnya diukur.

2.3. POLA TATA TANAM DAN SISTEM GOLONGAN
2.3.1. Pola Tanam
      Pola tata tanam adalah jadwal tanam dan jenis tanaman yang diberikan pada suatu jaringan irigasi.
      Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Penentuan pola tata tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Tabel dibawah ini merupakan contoh pola tata tanam yang tepat dipakai.
Tabel Pola Tanam
Ketersediaan air untuk irigasi
Pola Tanam Dalam Satu Tahun
1, tersedia air cukup banyak
Padi-Padi-Palawija
2, tersedia air dalam jumlah cukup
Padi-Padi-Bera-Padi-Palawija-Palawija
3, daerah yang cenderungkekurangan air
Padi-Palawija-Bera-Palawija-Padi-Bera

2.4. KOEFISIEN TANAMAN
      Beberapa tanaman dapat bertahan hidup pada tanah yang muka airnya dangkal untuk waktu dalam waktu yang pendek sedang yang lainnya tidak dapat bertahan hidup dalam keadaan yang sama. Untuk tanah yang mempunyai koefisien yang berat, tanaman harus dipilih yang dapat mentolerir permukaan air tanah yang dangkal maupun garam yang berlebih. Semanggi, arbei, ruput bermuda, dan semanggi manis mempunyai bagian yang popular terhadap karateristik ini.



2.5. KEBUTUHAN AIR TANAMAN
2.5.1. Penyiapan Lahan
      Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah:
  1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan.
  2. Jumlah air yang diperlukan.
Faktor faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah:
-          Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah.
-          Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
Faktor-faktor tersebut sangat saling berkaitan, kondisi sosial, budaya yang ada di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah irigasi baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah-daerah sekitarnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1.5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan diseluruh petak tersier.
      Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil 1 bulan.
      Perlu diingat bahwa transplantasi (perpindahan bibit ke sawah) mungkin sudah diambil setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier dimana pengolahan sudah selesai.
2.5.2. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
      Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman srta porositas tanah di sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk lahan:

Perhitungan jam rotasi
Rotasi I
Semua air mendapat air terus menerus
Rotasi II
2 golongan dibuka 1 golongan ditutup
A+B =  (53,10+47,55)/53,10+47,55+35) x 336/2 = 124 jam = 5 hari 5 jam
B+C =  (47,55+35,00)/(53,10+47,55+35) x 336/2 =  102 jam = 4 hari 6 jam
A+C =  (53,10+35,00)/(53,10+47,55+35) x  336/2 = 109 jam = 4 hari 13 jam

Rotasi III
1 golongan dibuka dan dua golongan ditutup
A = 53,10/(53,10+47,55+35) x 168/1 = 65 jam = 2 hari 18 jam
B = 47,55/(53,10+47,55+35) x 168/1 = 58 jam = 2 hari 11 jam
C = 35,00/(53,10+47,55+35) x  168/1 = 43 jam = 1 hari 19 jam




Pemberian Air Terus Menerus Q =65-100%
Rotasi I Q=30-60%
Rotasi II Q£30%

jam
petak yang diari
jam
petak yang diairi
jam
petak yang diairi
Senin
6:00

6:00

6:00

Selasa
­­

­­

¨
B
Rabu
½

½
A+B
17:00

Kamis
½

½

¨
B
Jum'at
½

¯

12:00

Sabtu
½

11:00

­­
A
Minggu
½
A+B+C
­­

¯

Senin
½

½
B+C
6:00

Selasa
½

¯

¨
B
Rabu
½

17:00

17:00

Kamis
½

­­

¨
C
Jum'at
½

½
A+C
12:00

Sabtu
½

½

­­
A
Minggu
¯

¯

¯

Senin
6:00

6:00

6:00


Pemberian air bila Q = 65 % Qmax = 65/100 x 405,17 = 263.36 lt/det.
Perhitungan berdasarkan pada pemberian air giliran sub tersier I


Periode I   : Sub tersier a dan b diairi.
                    Luas a + b =  100,65 ha
                    Sub tersier a = 53,10/100,65 x 263,36 lt/det
                    Sub tersier b = 47,55/100,65 x 263,36 lt/det

Periode II  : Sub tersier a dan c diairi.
                    Luas a + c = 88,10 ha
                    Sub tersier a = 53,10/88,10 x 263,36 lt/det
                    Sub tersier c = 35,00/82,55 x 263,36 lt/det

Periode III : Sub tersier b dan c diairi.
                    Luas b + c = 82,55 ha
                    Sub tersier b = 47,55/82,55 x 263,36 lt/det
                    Sub tersier c = 35,00/82,55 x 263,36 lt/det

Pemberian air bila Q = 30 % Qmax = 0,30 x 407,17 = 121,55 lt/det



Air sebanyak 121,55 lt/det tidak dapat diberikan secara proporsional dalam waktu bersamaan dan dipakai hanya untuk mengairi satu petak sawah tersier secara bergiliran. Lamanya giliran berdasarkan rotasi sub tersier II.

Hasil hitungan di atas dihimpun dalam tabel sebagai berikut :

Petak sub Tersier
Luas (Ha)
Q (lt/dt)
Q Rencana
1,00
0,65
0,30
a
53,10
150,80
158,73
121,55
158,73
b
47,55
140,27
151,70
121,55
151,70
c
35,00
1141,10
111,66
121,55
121,55
jumlah
135,65
405,17
422,09
121,55


Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa debit yang terbesar tidak selalu terdapat dari Q = Qmax. Sehingga debit rencana tidak dapat begitu saja ditentukan dari pembagian debit pada 100% Qmax

a + b = 310,43
b + c = 263,36
a + c = 270,39


     Dalam musim kemarau dimana keadaan air mengalami kritis , maka pemberian air tanaman akan diberikan / diperioritaskan kepada tanaman yang telah direncanakan.
     Dalam sistem pemberian air secara bergilir ini, permulaan tanam tidak serentak, tetapi bergilir menurut jadwal yang ditentukan, dengan maksud penggunaan air lebih efisien. Sawah dibagi menjadi golongan-golongan dan saat permulaan pekerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing-masing.
     Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari sistem giliran adalah:
-          Timbulnya komplikasi sosial
-          Eksploitasi lebih rumit
-          Kehilangan akibat eksploitasi sedikit lebih tinggi
-          Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman kedua
-          Daur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida
  
Contoh soal

Petak tersier seluas 135.65 ha terdiri dari 3 petak sub tersier dengan masing-masing luas
            =     Sub tersier a luas 53.10 ha dengan kebutuhan air 2.84 lt/det/ha
            =     Sub tersier b luas 47.55 ha dengan kebutuhan air 2.95 lt/det/ha
            =     Sub tersier c luas 35.00 ha dengan kebutuhan air 3.26 lt/det/ha




Perhitungan debit rencana
Pemberian air secara terus menerus dapat dilakukan selama Q > 65% Qmax. Bila Q < 65% Qmax, maka pemberian air dilakukan secara bergiliran.
Pemberian air bila Q = 100% Qmax.
Petak luas a 53.10 ha dapat air = 53.10 x 2.84 lt/det = 150.80 lt/det
Petak luas b 47.55 ha dapat air = 47.55 x 2.95 lt/det = 140.27 lt/det
Petak luas c 35.00 ha dapat air = 35.00 x 3.26 lt/det = 114.10 lt/det
                                                          Jumlah Q max  = 405.17 lt/det
Dengan
EF     = Efisiensi
Adbk = Air yang diberikan
Ahl    = Air yang hilang


2.6 PERKOLASI                                                                                                                                               
Perkolasi adalah besarnya air yang masuk dari lapisan tanah tak jenuh                                                     (unsaturated) ke lapisan tanah jenuh (saturated) sedangkan Infiltrasi ialah masuknya air (besarnya air merembes) dari permukaan tanah ke lapisan tak jenuh (unsaturated). Pada tanaman ladang, perkolasi air kedalam lapisan tanah bawah hanya akan terjadi setelah pemberian air irigasi. Dalam mempertimbangkan efisiensi irigasi, perkolasi hendaknya diperhitungkan.
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, lalu perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan, perlurusan besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

            Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1.   Tektur tanah  :  tekstur tanah yang halus, daya perkolasi kecil, dan sebaliknya
2.      Permebilitas tanah  :  makin besar permeabilitas, makin besar daya perkolasi
3.      Tebal top soil  :  makin tipis lapisan tanah bagian atas, makin kecil daya perkolasi
4.      Letak permukaan air tanah  :  makin dangkal muka air tanah, makin kecil daya perkolasi
5.      Kedalaman lapisan impermeable  :  makin dalam, makin besar daya perkolasi
6.      Tanaman penutup  :  lindungan tumbuh-tumbuhan yang padat menyebabkan infiltrasi semakin besar yang berarti perkolsai makin besar pula.

Pola petak sawah, perkolasi dipengaruhi :
1.      Tinggi genangan
2.      Keadaan pematang


Perkiraan besarnya infiltrasi dan perkolasi berdasarkan jenis tanah :
1.      Sandy loam  : 1 + P = 3 s/d 6 mm/hari
2.      Loam            : 1 + P = 2 s/d 3 mm/hari
3.      Clay loam     : 1 + P = 1 s/d 2 mm/hari




2.7 PENGOLAHAN TANAH PERSEMAIAN
         Kebutuhan air untuk pentiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
  1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan
  2. Jumlah air yang diperlukan

Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah:
-          Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap tanah.
-          Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
2.8 CURAH HUJAN ANDALAN DAN CURAH HUJAN EFEKTIF
Untuk irigasi padi, curah hujan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun.          
                                    Rc = 0,7 x ½ Rs (setengah bulanan dengan T = 5 tahun )
Rc = curah hujan efektif (mm/hari)
Rs = curah hujan minimum dengan periode ulang 5 tahun (mm)

2.9 PERGANTIAN LAPISAN AIR
    Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Pergantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu. Lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm ( atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan ) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
Ketentuan :
1.        WLR diperlukan saat terjadi pemupukan maupun penyiangan, yaitu 1-2 bulan dari pembibitan (transplanting)
2.        WLR = 50 mm (diperlukan pergantian lapisan air yang besarnya diasumsikan = 50 mm)  KP bagian penunjang
3.        Jangka waktu WLR = 1,5 bulan (selama 1,5 bulan air digunakan untuk WLR sebesar 50 mm )
Contoh perhitungan dalam 15 hari :
WLR = 50 mm selama 1,5 bulan
  didapat WLR/15 hari = 50 mm : 3 periode = 16,67 mm/15 hari
  WLR / hari = 50 mm : 45 hari = 1,11 mm/hari



2.10. EFISIENSI IRIGASI
    Efisiensi irigasi adalah kehilangan air irigasi pada saluran yang disebabkan     penguapan, rembesan dan kekurangan telitian dalam eksploitasi. Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang di alirkan ke areal irigasi tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan air. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi. Rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain (rumah tangga).
    1. Efisiensi pengaliran
Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air selama pengalirannya.
EPNG  = (Asa / Adb) x 100%
Dengan :
EPNG  = efisiensi pengairan
Asa      = air yang sampai di irigasi
Adb     = air yang diambil dari bangunan sadap
    1. Efisiensi pemakaian
Adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zona perakaran dalam periode pemakaian air dengan air yang diberikan pada areal irigasi
EPMK  = (Adzp / Asa) x 100%
Dengan :
EMPK  = efisiensi pemakaian
Asa       = air yang sampai (diberikan) diareal irigasi
Adzp     = air yang ditahan pada zona perakaran
    1. Efisiensi penyimpanan
Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas tanah pada zona penakaran adalah Asp (air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adb maka efisiennya :
EPNY  = (Adk / Asp) x 100%
Dengan :
EPNY  = efisiensi penyimpanan
Asp      = air yang tersimpan
Adk      = air yang diberikan
EF  =  x 100 %   
Dengan :
EF        = efisiensi
Adbk    = air yang diberikan
Ahl       = air yang hilang



2.11. PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
Kebutuhan air irigasi pada tanah pertanian untuk satu unit luasan dinyatakan dalam rumus berikut :
                            
IR = Cu + P + Pd + N – Re
Dengan :
Ir     = Kebutuhan air irigasi (mm)
Cu   = Penggunaan konsumtif tanaman   9mm    0
P    = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hr)
Pd  = kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm)
N   = kebutuhan air untuk pengisian tanah persemaian (mm)
Re  = Curah hujan efektif (mm)

Kebutuhan air irigasi total yang diukur dalam pintu pengambilan atau intake adalah besarnya kebutuhan air (m/det) di intake yang didasarkan dari kebutuhan air di sawah dibagi efisinsi (%) saluran.
Dinyatakan dengan rumus :
                            
                             IR = DR =
        
Dimana :
NFR  = Kebutuhan air irigasi di sawah
IR      = Kebutuhan air irigasi (Irrigation Requirement )


2.11.1. Menurut Metode Kriteria PU
            a. Kebutuhan air disawah

                                                NFR = Etc + P - R+ WLR

            Dimana :
            NFR  = kebutuhan air bersih disawah (ml/dt/hari)
            Etc     = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
            P        = perkolasi (mm/hari)
            Reff       = curah hujan efektif (mm)
            WLR  = pergantian lapisan air (mm)

b. Kebutuhan air untuk tanaman padi
     
                                          IR = NFR / I
      Dimana:
      I         = efisiensi irigasi

b.Kebutuhan air irigasi untuk tanaman palawija

                                          IR =
     
      Dimana:
      Etc     = evapotransi potensial (mm/hari)
      P        = perkolasi (mm/hari)
      R   = curah hujan efektif (mm)
      WLR  = pergantian lapisan air (mm)

      Sedangkan kebutuhan air irigasi untuk penyimpanan lahan adalah :

                                          IR =
      Dimana :
      IR     = kebutuhan air penyiapan lahan (mm/hari)
      M     = kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang akibat evaporasi dan                                                                     
                  perkolasi disawah yang telah dijenuhkan (mm/hari)
      K      = MT/S
      T       = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
      S       = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm
2.11.2. Menurut Metode Water Balance
            Kebutuhan air irigasi disawah
a.       Untuk tanaman padi :

NFR = CU + Pd + NR + P - R

b.      Untuk tanaman palawija :

NFR = Cu + P - R

      Dimana :
      NFR   = kebutuhan air disawah (1 mm/hari x 10.000/24 x 60 x 60  =  1 lt/dt/ha
      Cu      = kebutuhan air tanaman (mm/hari)
      NR     = kebutuhan air untuk pembibitan (mm/hari)
      P        = perkolasi (mm/hari)
      R   = curah hujan efektif (mm)


2.12. SISTEM GILIRAN
                  Pada umumnya sering terjadi kekurangan air irigasi selama musim kemarau, terutama pada petak yang terakhir. Jika hal ini terjadi, pengairan saluran-saluran harus digilir untuk menghilangi kehilangan air yang banyak selama pengangkutan.
      Debit minimum suatu saluran berbeda-beda, tergantung luas sawah yang ditanami dan luas sawah yang mendapat air dari saluran tersebut. Untuk keperluan itu perlu diperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
  1. Pembagian air tidak kurang dari 20 lt/dt. Untuk menjamin hal tersebut   pemberian air digilir.
  2. Seluruh jaringan tersier tergilir, jika jumlah air bersesuaian dengan FPR          0,10 lt/dt/ha.
  3. Prioritas pemberian air disesuaikan dengan P>W>R.

·         Jadwal pemberian disiapkan untuk masing-masing saluran tersier, dan  
diberitahukan ke tiap desa. Jadwal penggiliran didasarkan pada periode 10  harian dan LPR dari tersier-tersier.
·         Pembagian sampai pada pintu tersier akan diawasi oleh juru, sedangkan dalamjaringan diawasi oleh ulu-ulu (sambong).
·         Juru dan pengamat akan turun tangan dalam pembagian air di petak tersier,             hanya jika terjadi perselisihan di desa-desa.

Keterangan :
FPR (Factor Polowijo Relatif) adalah perbandingan antara debit minimum terhadap LPR.

Rumus :

                                 FPR = Q/LPR
Dimana:
Q      = Debit air minimum
LPR  = Angka perbandingan antara satuan luas baku terhadap polowijo yang  
               berdasarkan jumlah kebutuhan satuan air terhadap tanaman         polowijo.
Besar LPR di Jawa Timur
1.   Polowijo                           : 1
2.   Pembibitan padi gadu ijin   : 20
3.   Garapan padi gadu ijin      : 6
4.   Tanaman padi gadu ijin      : 4
5.   Padi gadu tidak ijin             : 1
6.   Tebu muda                          : 1,5
7.   Tebu bibit                            : 1,5
8.   Tebu tua                              : 0
9.   Tembakau                           : 1
10. Beru                                    : 0
Ketentuan-ketentuan yang diperoleh dari sistim giliran adalah
-          Berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
-          Kebutuhanpengambilan bertambah secara berangsur-angsur pada awal waktu pemberian air irigasi (pada perioda pengolahan lahan)
  Sedangkan yang tidak menguntungkan adalah
-          jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama akibat lebih sedikit waktu tersedia untuk tanaman
-          kehilangan air akibat eksploitasi ssedikit lebih tinggi
-           
2.13. SISTEM GOLONGAN
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan dengan optimal guna mencapai produksivitas yang tinggi, maka penanaman harus memperhatikan pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi.
         Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat rencana pembagian air yang baik, agar air yang tersedia dapat dapat dibutuhkan secara merata dan seadil-adilnya. Kebutuhan air yang tertinggi untuk sutau petak tersier adalah Qmax, yang dapat sewaktu merencanakan seluruh sistim irigasi. Besarnya debit Q yang tersedia tidak tetap, tergantung pada sumber dan jenis tanaman yang harus dialiri.
         Pada saat-saat dimana air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian air tanaman dilakukan dalam sistem pemberian air secara bergilir, dengan maksud menggunakan air lebih efisien. Sawah dibagi menjadi golongan-golongan saat permulaan pekerjaan sawah bergiliran menurut golongan masing-masing
Kelebihan :
a.       berkurangnya kebutuhan pengambilan puncak
b.      kebutuhan pengambilan puncak bertambah secara berangsur-angsur pada awal waktu pemberian air irigasi (pada periode penyiapan lahan)
kekurangan
a.       Timbulnya komplikasi sosial
b.      Eksploitasi rumit
c.       Kehilangan akibat eksploitasi sediit lebih tinggi
d.      Jangka waktu irigasi untuk tanaman pertama lebih lama, akibatnya lebih sedikit waktu yang tersedia untuk tanaman yang kedua
e.       Daur/siklus gangguan serangga, pemakaian insektisida.
Persediaan air dalam jangka waktu satu tahun tetap tidak, artinya ada bulan-bulan yang persediaan airnya cukup ada pula yang tidak. Pada musim hujan padi mulai ditanam. Penggarapan tanah dilakukan pada awal musim hujan dimana persediaan air pada waktu itu masih sangat sedikit. Jika seluruh lahan menggunakan air pada waktu yang sama kebutuhan air tidak akan tercukupi. Mengingat hal tersebut dalam sistem penanaman padi raeding, lahan dibagi menjadi beberapa golongan.
   Apabila penggarapan tanah untuk penanaman padi dimulai diseluruh areal dalam suatu daerah pengaliran dalam jangka waktu yang bersamaan, maka kebutuhan air maksimumnya akan melampaui daya tampung saluran maupun kemampuan daya guna airnya.
   System golongan adalah mencari (memisah-misahkan) periode-periode pengolahan (penggarapan) dengan maksud menekan kebutuhan air maksimum.
   Pengatuiran-pengaturan umum tehadap golongan-golongan adalah sebagai berikut:
a.       Tiap jaringan induk dibagi menjadi tiga golongan A,B,C. Tiap golongan dadakan sampai seluruh petak-petak tersier dengan cara menggolongkan baku-baku sawah yang seharusnya hampir sama menjadi masing-masing golongan.
b.      Tiap golongan A,B,C digilir.
c.       Untuk keperluan pengolahan tanahnya (garapan), masing-masing golongan menerima air selama dua periode sepuluh harian mulai dari golongan A.
d.      Tanaman padi gadu yang masih ada di sawah diberi air dengan cukup.
Ijin dimulainya golongan-golongan akan datang dari seksi. Cabang seksi harus menjamin bahwa seksi mempunyai data-data yang tepat mengenai tanaman, debit dan curah hujan dari tahun-tahun yang telah lalu untuk digunakan menjadi dasar perhitungan terhadap permulaan tanggal dan masing-masing golongan.
Tiap golonga harus diberi batas yang tetap. Tiap-tiap tahun pengaturan golongan digilir, sehingga keuntungan atau kerugian bagian dapat terbagi secara merata.
   Prosedur-prosedur yang digunakan pada sistem golongan adalah:
a.       Dibuat batas-batas golongan yang pasti pada batas-batas primer atau sekunder, dalam tiga bagian yang kira-kira hampir sama. Pemberian air ke petak tersier tidak langsung mengambil dari saluran primer maupun saluran sekunder.
b.      Setelah diteliti dan dibenarkan seksi dan menyetujui panitia irigasi, golongan-golongan diberi tanda tetap di peta-peta pengairan. Setelah itu dibuat daftar desa-desa serta petak-petak di masing-masing golongan lalu dikirim ke semua-desa-desa yang bersangkutan.
c.       Setelah mempertimbangkan adanya tanaman-tanaman yang masih ada disawah, pengamat mengusulkan ke seksi tentang pengaturan golonga-golongan untuk musim yang akan datang.
d.      Langkah selanjutnya adalah mengadakan pertemuan dengan panitia irigasi untuk mempertimbangkan rencana tanaman musim penghujan.
e.       Pada pertemuan ini akan ditentukan adanya golongan-golongan oleh sekertaris panitia irigasi sebelum permulaan musim penghujan desa-desa yang bersangkutan akan diberi tahu tantang aturan golongan baru.

Sistem golongan dikerjakan sebagai berikut:

No
Periode
Golongan A
Golongan B
Golongan C

s/d hari ke satu
Garapan tanah untuk pembibitan
-
-
1
hari ke 1-20
Bibit dan garap tanah unuk tanaman padi
Garap tanah untuk pembibtan
-
2
hari ke 21-40
Pemindahan tanaman
Bibit dan garap tanah untuk tanaman padi
Garap tanah untuk pemibitan
3
hari ke 41-60
Tanaman padi
Pemindahan tanaman
Bibit dan garap tanah untk tanaman padi
4
hari ke 61-dst
Tidak ada pembagian air
-
-
  
  
 









1 komentar:

  1. Artikel yang sangat bermanfaat. Saya sedang mencari referensi tentang sistem golongan. Bisa tolong berikan referensi buku yang bagus yang membahas tentang sistem golongan ?

    BalasHapus